By Dr Lola Fedora
Di Indonesia seringnya kita menyebut orang asing dari ras Kaukasian dengan istilah ´´Bule´´. Tidak peduli asal negaranya, kita panggil saja bule. Kalau kita bertemu Bule di jalanan atau supermarket mungkin terlihat berbeda sekali. Bahkan seringnya mereka menjadi pusat perhatian. Berbeda tentunya dengan kondisi saya sekarang, dimana orang-orang Kaukasian yang mendominasi. Justru kita yang Asia terlihat berbeda dari mereka.
Untuk berteman dengan mereka, tentunya kita perlu berkomunikasi. Awal datang kesini dan belum lancar berbahasa Jerman, aku banyak berteman dengan orang asia dari negara lain, contohnya China dan Vietnam. Dari segi kultur dan makanan, mungkin bisa dibilang paling cepat ´´nyambung´. Kesulitan dalam berbahasa pun mirip-mirip. Kesimpulannya berteman dengan orang asia dari negara lain, tidak terlalu ada perbedaan yang signifikan.
Makin lama tinggal di Jerman dan kenal dengan orang-orang, tentunya makin bertambah pula kenalan. Satu hal baru yang saya perhatikan adalah pertemanan yang terkotak-kotak. Terkotak-kotak dalam bahasa Jerman, kita mengenal istilah ´´Bekannte´´ untuk orang-orang yang mungkin sekedar bertemu satu atau dua kali. Ada lagi istilah Freund*innen/beste Freund*innen. Perbedaannya dari seberapa dekat pertemannan antara kita dengan orang tersebut.
Selain itu, disini seringkali kita menyebut teman kerja (Arbeitskollege) atau teman dari lingkungan tempat tinggal (Nachbarn). Saat kegiatan kumpul-kumpul, umumnya kita tidak menggabungkan teman kerja dengan teman dari kelompok lainnya.
Hal lain yang saya pelajari disini yaitu topik berbicara. Untuk topik umum yang sering jadi bahan pembicaraan seperti berita terkini, liburan, makanan, dan olahraga. Topik seperti keluarga, hubungan atau penyakit jarang biasanya kita bahas untuk orang yang baru berkenal. Mungkin setleha kita mengenal, kita bisa membahas tentang budaya, salah satu topik yang menarik melihat perbedaan kebiasaan antara Eropa dan Asia.
Awalnya bila bertemu dengan mereka terasa kaku, tenang saja. Semua butuh waktu. Mungkin tidak secepat apabila kita bertemu dengan kenalan baru dari Indonesia. Butuh waktu sejam saja dengan sesama orang Indonesia, mungkin kita bisa cekakak-cekikik.
Terlepas dari itu, salah satu sisi positif dari orang jerman yang saya rasakan yaitu kejujuran dan gaya bicara mereka yang blak-blakan. Bila menurut mereka makanan tersebut enak, maka rasanya enak. Namun bila tidak cocok dengan selera mereka, akan dibilang juga. Pokoknya no baper-baper Klub disini. Disini saya juga belajar mengemukakan pendapat dan pandangan saya, termasuk dalam bekerja. Bila ada ketidaksukaan bisa dikomunikasikan, termasuk dengan atasan. Tentunya dengan cara berkomunikasi yang tetap sopan.